Dalam penggunaan bahasa, untuk berbagai keperluan,
baik lisan maupun tulisan, baik resmi maupun tidak resmi, kita sering
menggunakan atau menemukan penggunaan majas. Penggunaan majas tersebut salah
satunya untuk mengungkapkan suatu maksud. Berikut ini akan diuraikan macam –
macam majas, yaitu :
1.
Litotes
Majas
yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal
dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan dengan
menyangkal lawan katanya. Contoh :
a. Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
b. Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada
artinya sama sekali bagimu.
2.
Paradoks
Majas yang mengandung
pertentangan nyata dengan fakta – fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua
hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Contoh :
a.
Ia mati
kelaparan di tengah – tengah kekayaan
yang berlimpah – limpah.
b.
Dina merasa
kesepian di tengah – tengah keramaian kota.
3.
Pleonasme
Majas ini menggunakan
kata – kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Contoh :
a.
Saya telah
mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
b.
Saya melihat hal
itu dengan mata kepala saya sendiri.
4.
Elipsis
Majas ini berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau
ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal
atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh :
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak
apa – apa, badanmu sehat, tetapi psikis…. .
5.
Metonimia
Majas ini mempergunakan
sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang
sangat dekat. Contoh :
Pena lebih berbahaya dari pedang.
6.
Persamaan atau Simile
Majas ini mengandung perbandingan
yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud perbandingan eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eskplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata – kata : seperti, sama, sebagai, bagaikan,
laksana, dan sebagainya. Contoh :
a.
Kikirnya seperti
kepiting batu.
b.
Mukanya merah
laksana kepiting rebus.
7.
Metafora
Majas ini semacam
analogi yan membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk nyang
singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah
hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna metafora dibatasi oleh sebuah
konteks. Contoh :
Perahu itu
menggergaji ombak.
8.
Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan
benda – benda mati seolah – olah memiliki sifat – sifat kemanusiaan. Personifikasi
(penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda
– benda mati bertindak, berbuat, bicara seperti manusia. Contoh :
a.
Angin yang
meraung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami.
b.
Kata – katanya tajam
seperti mata pisau.
9.
Ironi atau Sindiran
Majas ini ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata – katanya. Contoh
:
a.
Saya tahu Anda
adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat
terhormat!
b.
Kamu datang
sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas.
10.
Sinisme
Sinisme adalah sindiran
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan
hati. Contoh :
Tidak diragukan lagi bahwa Anda adalah orangnya, sehingga
semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!
11.
Sarkasme
Majas ini lebih kasar
dari ironi dan sinisme. Majas sarkasme mngandung kepahitan dan celaan yang
getir. Contoh :
a.
Mulut harimau
kau!
b.
Lihat sang
Raksasa itu! (maksudnya si Cebol)
12.
Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif
yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars
pro toto) atau mempergunakann keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte). Contoh
:
a.
Setiap kepala
digunakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00 (pars pro toto).
b.
Pertandingan
sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan
Indonesia (totem pro parte).
13.
Hiperbola
Majas yang mengandung
suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar – besarkan sesuatu hal. Contoh
:
a.
Kemarahanku sudah
menjadi – jadi hingga hampir meledak kepalaku.
b.
Sudilah tuan
mampir di gubuk sederhana saya.
14.
Eufimisme
Majas yang meyatakan
sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus. Contoh :
a.
Untuk menjaga
kestabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyeuaian harga BBM
(kenaikan harga).
b.
Untuk mengatasi
masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya (mem-PHK).
15.
Retoris
Majas ini berupa
pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban. Contoh :
Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku dan
budaya, mengapa hendak diseragamkan ?
Referensi :
Sugiarti, Sri Utami.
2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar