Jumat, 22 April 2016

Macam - macam Majas



Dalam penggunaan bahasa, untuk berbagai keperluan, baik lisan maupun tulisan, baik resmi maupun tidak resmi, kita sering menggunakan atau menemukan penggunaan majas. Penggunaan majas tersebut salah satunya untuk mengungkapkan suatu maksud. Berikut ini akan diuraikan macam – macam majas, yaitu :

1.      Litotes
Majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya. Contoh :
a.       Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
b.      Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada artinya sama sekali bagimu.

2.      Paradoks
Majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta – fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Contoh :
a.       Ia mati kelaparan di tengah – tengah  kekayaan yang berlimpah – limpah.
b.      Dina merasa kesepian di tengah – tengah keramaian kota.

3.      Pleonasme
Majas ini menggunakan kata – kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Contoh :
a.       Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
b.      Saya melihat hal itu dengan mata kepala saya sendiri.

4.      Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh :
            Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa – apa, badanmu sehat, tetapi psikis…. .

5.      Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Contoh :
            Pena lebih berbahaya dari pedang.

6.      Persamaan atau Simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud perbandingan  eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eskplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata – kata : seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh :
a.       Kikirnya seperti kepiting batu.
b.      Mukanya merah laksana kepiting rebus.

7.      Metafora
Majas ini semacam analogi yan membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk nyang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna metafora dibatasi oleh sebuah konteks. Contoh :
Perahu itu menggergaji ombak.

8.      Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda – benda mati seolah – olah memiliki sifat – sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda – benda mati bertindak, berbuat, bicara seperti manusia. Contoh :
a.       Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami.
b.      Kata – katanya tajam seperti mata pisau.

9.      Ironi atau Sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang  terkandung dalam rangkaian kata – katanya. Contoh :
a.       Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b.      Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas.

10.  Sinisme
Sinisme adalah sindiran berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh :
            Tidak diragukan lagi bahwa Anda adalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

11.  Sarkasme
Majas ini lebih kasar dari ironi dan sinisme. Majas sarkasme mngandung kepahitan dan celaan yang getir. Contoh :
a.       Mulut harimau kau!
b.      Lihat sang Raksasa itu! (maksudnya si Cebol)

12.  Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakann keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte). Contoh :
a.       Setiap kepala digunakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00 (pars pro toto).
b.      Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan Indonesia (totem pro parte).

13.  Hiperbola
Majas yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar – besarkan sesuatu hal. Contoh :
a.       Kemarahanku sudah menjadi – jadi hingga hampir meledak kepalaku.
b.      Sudilah tuan mampir di gubuk sederhana saya.

14.  Eufimisme
Majas yang meyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus. Contoh :
a.       Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyeuaian harga BBM (kenaikan harga).
b.      Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya (mem-PHK).

15.  Retoris  
Majas ini berupa pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban. Contoh :
            Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku dan budaya, mengapa hendak diseragamkan ?






Referensi :
Sugiarti, Sri Utami. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar