Pentingnya Menyunting /
Mengedit Karangan
Dalam
melakukan sesuatu tidak akan terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Berangkat
dari kenyataan itu, maka harus ada upaya untuk menyempurnakannnya, minimal
mengurangi kesalahan, baik kesalahan yang disadari maupun tidak disadari. Upaya
mengurangi kesalahan ataupun upaya menyempurnakan sebuah karangan, maka proses
tersebut dinamai menyunting atau mengedit. Menyunting tulisan dapat diartikan
sebagai kegiatan memperbaiki tulisan. Sebuah teks baik buku, bacaan ataupun
laporan kadang-kadang pemakaian bahasanya ada kekurangan bahkan kesalahan.
Apa yang disunting atau
diedit dalam sebuah karangan ?
Tentunya
kesalahan dalam karangan, namun berbicara jenis apa saja yang menjadi kesalahan
dalam sebuah karangan, di antaranya ; penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan
kata (diksi), kalimat yang tidak efektif dan paragraf yang kurang padu.
Kesalahan-kesalahan tersebut akan diketahui dalam proses penyuntingan teks.
Agar sebuah karangan atau teks benar atau kesalahannya sedikit, maka yang harus
dilakukan adalah menyunting karangan tersebut, tentunya oleh orang yang ahli.
Agar seseorang ahli dalam menyunting naskah, maka yang harus dilakukan yakni
harus terus berlatih menyunting atau memperbaiki karangan. Semakin sering
membaca dan menyunting sebuah karangan, maka akan semakin terlatih pula.
Kegiatan
menyunting dapat dilakukan oleh penulis karangan itu sendiri dan dapat
dilakukan orang lain. Namun, perlu diingat, kegiatan menyunting baik oleh
penulis sendiri atau orang lain harus setelah karangan selesai, jangan sampai
melakukan kegiatan menyunting ketika masih menulis karangan. Hal itu akan
menimbulkan penulis lupa ide, gagasan atau hal lain yang harus dituliskan.
Lakukanlah penyuntingan setelah menulis karangan selesai.
Tahapan Menyunting /
Mengedit Karangan
Ada tiga tahapan dalam
menyunting sebuah karangan. Di antara tahapan itu, yakni menyunting isi,
menyunting organisasi dan menyunting dari segi bahasa. Dalam pemaparan ini akan
dibahas mengenai penyuntingan naskah dari tahap bahasa, yang meliputi jenis
berikut ini ;
Ejaan
Pada jenis kesalahan
berbahasa jenis ejaan, ada dua kesalahan yang harus diperhatikan. Kesalahan itu
meliputi penulisan huruf dan tanda baca.
Penulisan huruf
Pada kesalahan
penulisan huruf yang harus diperhatikan yakni penulisan huruf kapital. Jangan
sampai tertukar antara huruf yang harus ditulis kapital dengan huruf yang
ditulis kecil. Sebagai contoh nama orang, kota, binatang, nama tempat, gelar
kehormatan dan lainnya. Beberapa nama tersebut, setiap huruf awal katanya harus
kapital.
Contoh ;
Sumbangan pembaca Jawa
Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun Ngompro dan Pilang, Desa Ngompro,
Kecamatan Pangkur, Ngawi.
Keterangan :
Dalam kalimat di atas,
terdapat tiga jenis kata yang memiliki tiga makna, kata Sumbangan, sebagai kata
pertama dari kalimat di atas, kata Jawa Pos sebagai nama Surat Kabar, Majalah,
dan Dusun Ngompro dan beberapa nama tempat lainnya yang menunjukan nama tempat,
wilayah yang harus ditulis secara kapital.
Tanda Baca
Di antara berbagai
tanda baca, di bawah ini beberapa tnda baca yang sering digunakan dalam menulis
sebuah karangan, yaitu ; tanda titik (.), tanda koma (,), tanda petik (“…”),
tanda garis hubung satu (-), dan tanda kurung. Beberapa tanda baca tersebut
harus digunakan sesuai dengan fungsinya, sebab ketika salah menempatkan maka
akan menimbulkan ketidak nyamanan saat membaca, bahkan menimbulkan makna yang
berlainan dari maksud seorang penulis.
Beberapa penjelasan
dari tanda baca adalah sebagai berikut :
Tanda titik (.)
Tanda titik digunakan
untuk mengakhiri kalimat berita dalam cerita pendek.
Contoh : Ari berjalan
menuju kamar Ibu dengan pelan.
Tanda koma (,)
Dalam sebuah kalimat
tanda koma digunakan untuk membuat penjedaan antara anak kalimat yang
mendahului induk kalimat serta pemisah dalam kalimat serata atau bertingkat
yang didahului kata tetapi atau melainkan.
Contoh : Dia tidak
sakit, tetapi memang malas untuk sekolah.
Tanda seru (!)
Tanda seru biasa
digunakan untuk menunjukan perintah atau penunjuk keterkejutan dalam sebuah
kalimat.
Contoh : “Wow! Ternyata
saya sedang dikepung kawanan pencuri,” seru Boy.
Tanda tanya (?)
Tanda tanya digunakan
untuk mengakhiri kalimat tanya.
Contoh : Apakah kalian
mendengar suara lonceng itu?
Tanda Petik (“ … “)
Tanda petik digunakan
sebagai penanda kutipan langsung yang berupa perkataan tokoh.
Contoh : “Kemana lagi
sih, binyi itu?”
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata merupakan
nama lain dari diksi. Ketika seorang penulis mengarang sebuah karangan, maka
harus memperhatikan diksi (pilihan kata). Jangan sampai menuliskan kata yang
tidak baku serta jangan sampai menggunakan kata yang memiliki makna ambigu
(banyak makna). Sebab hal itu akan menimbulkan maksud yang berbeda ketika
dibaca oleh pembaca.
Sebagai contoh :
Sumbangan pembaca Jawa
Pos terus mengalir. Senin siang kemarin, Direktur SDM PT Tjiwi Kimia Drs.
Sunoto M.B. bersama ketua SPSI Toto Suprianto dan temen-temennya datang
menyumbang Rp 150 juta untuk korban bencana banjir ke Jawa Pos. “Ini hasil yang
dikumpulkan dari temen-temennya karyawan Tjiwi Kimia,” tutur Toto Suprianto
kepada M, Nasarudin Ismail di kantor Jawa Pos.
Dari paragraf di atas
ada kata yang salah pemilihannya (menggunakan kata tidak baku). Salah satu
kesalahan pilihan kata yakni pada kata temen-temen, harusnya teman-teman.
Penggunaan Kalimat yang
Efektif
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat menggungkapkan gagasan pemakaiannnya secara tepat dan dapat
dipahami secara tepat pula. Ada pun yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah
kalimat yang memiliki kaidah sebagai berikut ;
Memperhatikan bentuk
Gramatikal
Contoh :
Kami semua menghadiri
rapat di balai desa.
Semestinya :
Kami menghadiri rapat
di balai desa.
Tidak menggunakan kata
secara berlebihan dan bertumpang tindih
Contoh :
Pada saat banjir yang
telah lalu, mereka juga menerima bantuan sembako.
Semestinya :
Saat banjir yang lalu,
mereka juga menerima bantuan sembako.
Tidak menggunakan kata
depan yang berlebihan
Contoh :
Selain dari pada itu,
masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket
buku dan alat tulis.
Semestinya :
Selain itu, masih ada
satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan
alat tulis.
Penyusunan Paragraf
Dalam menyusun paragraf
yang baik, maka harus memperhatikan dua hal, yakni kepaduan paragraf dan
kesatuan paragraf.
Kepaduan Paragraf
Suatu paragraf disebut
padu jika kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut padu (kohesif) dan
paragraf-paragraf dalam bacaan tersebut juga padu (koheren).
Contoh Paragraf :
Selepas kebanjiran,
warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup.
Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta
mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. “Warga Ngompro
saat itu terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus
sangat deras,” kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngmpro.
Sementara itu, kaum ibu
rumah tangga kehilangan alat memasak mereka. Warga Ngompro kebanyakan memang memasak
menggunakan tungku dari tanah liat dan berbahan bakar kayu. Saat banjir, tungku
mereka pun ikut hancur lebur, kayu-kayu masih basah dan tak bisa dipakai lagi.
Ada pula yang nekat menjadikan meja mereka dialasi seng, lalu dijadikan tungku.
Keterangan :
Penanda kohesi:
Sementara itu, …
Kesatuan Paragraf
Setiap paragraf dalam
bacaan adalah sebuah kesatuan yang membicarakan salah satu aspek dari tema
seluruh bacaan. Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf harus berhubungan satu
sama lain, sehingga merupakan kesatuan untuk menyampaikan suatu maksud, untuk
mengulas sesuatu hal yang menjadi pembicaraan dalam paragraf itu. Jadi dalam
sebuah paragraf harus ada ide pokok yang mempersatukan semua kalimat dalam
paragraf itu. Ide pokok suatu paragraf itu dapat ditampilkan di awal, di tengah
atau di akhir paragraf.
Contoh paragraf :
Selepas kebanjiran,
warga yang tinggal di tepi Kali Madiun itu terus berjuang meneruskan hidup.
Banyaknya sawah dan rumah yang rusak membuat warga trauma bila diminta
mengingat kembali banjir yang pernah menerjang dusun mereka. “Warga Ngompro
saat itu terendam sejak Rabu sampai Jumat. Perahu tak berani masuk karena arus
sangat deras,” kata Joko Purwanto, Kepala Desa Ngmpro.
Referensi :
http://pelajaranbahasaindonesia.com/2016/02/06/menyunting-mengedit-karangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar