1. Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Berikut beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli
:
Onong Uchjana Effendy
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Raymond Ross
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman
simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/
makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima
dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada
satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Carl I. Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang
menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain.
New Comb
Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari
rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima.
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dsb.
2.
Unsur – unsur Komunikasi
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikanpesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . Unsur - unsur
ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
1.
Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya
partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
2.
Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan
biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
3.
Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan
yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk
mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam
tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang
digolongan atas empat macam, yakni : Media antarpribadi,
untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir /
utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan
khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah
media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu
organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150
orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan
pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi
biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau
khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya
disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa
diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
4.
Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang
dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa
dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan
berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa
Inggris disebut audience ataureceiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima
jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering
kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5.
Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara
apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan.
Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah
laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan
3.
Cara Menyalurkan Ide Melalui Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan
adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling
bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si
pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi
yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan
seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan
dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi
suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui
tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan - tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ide
(gagasan) Si Sender
2. Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3. Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4. Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
5. Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide receiver.
6. Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan
dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai
dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat
penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin
sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan
setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila
penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh
individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara
organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang
setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya
juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta
dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
4.
Hambatan – hambatan Komunikasi
Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi,
dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut:
a.
Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini
timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran
pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas
dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di
bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi
dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
b.
Hambatan Semantik
Gangguan semantik
menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif.
Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun
baiknya transmisi.
Hambatan semantik
dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
Contoh : partisipasi
menjadi partisisapi.
2.
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh : bujang
(Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
3.
Adanya pengertian konotatif
Contoh : secara
denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat.
Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk menghindari
mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang
tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan
mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata
yangdigunakannya.
c.
Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini
muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
Ada beberapa hambatan
terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1. Mendengar.
Biasanya kita
mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi
yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita
ketahui.
3. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai
siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi
tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan
berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima
pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim
dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar
kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan
datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita
ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi
porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah,
seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi
yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini bisa
berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan
lain sebagainya.
Cara Mengatasi
Hambatan Komunikasi
1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati,
tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta
komunikan yang akan dituju.
komunikan yang akan dituju.
2. Meminimalkan gangguan dalam proses
komunikasi, komunikator harus
berusahadapat membuat
komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga
penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga
penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si
pengirim dan si penerima pesan, Cara dan
waktu
penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan umpan balik
dari komunikan sesuai harapan.
penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan umpan balik
dari komunikan sesuai harapan.
5.
Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Dari segi sifatnya :
1)
Komunikasi Lisan
2)
Komunukasi
Tertulis
3)
Komunikasi
Verbal
4)
Komunikasi Non
Verbal
Dari segi arahnya
1) Komunikasi Ke
atas
2) Komunikasi Ke
bawah
3) Komunikasi
Diagonal Keatas
4) Komunikasi
Diagonal Kebawah
5) Komunikasi
Horizontal
6) Komunikasi
Satu Arah
7) Komunikasi Dua Arah
Menurut Lawannya :
1)
Komunikasi Satu
Lawan Satu
2)
Komunikasi Satu
Lawan Banyak (kelompok)
3)
Kelompok Lawan
Kelompok
Menurut Keresmiannya :
1)
Komunikasi
Formal
2)
Komunikasi
Informal
6.
Faktor – faktor Perubahan Organisasi
Secara
garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
1. Faktor
ekstern
2. Faktor
intern
Faktor Ekstern
Adalah penyebab
perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi
bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan
besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan
yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa
penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan
teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting
dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru
yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur
kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang
dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah
bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya
perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat
ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak
memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan
bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada
gilirannya tidak akan sanggup survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab
perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat
berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan
salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem
yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan
problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat
(hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul
adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan
pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil
atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang
dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang
kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi
atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin
baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan.
Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran
komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan
sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan
kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga
kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul
dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak
efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi
impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya
produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan
menyangkut struktur organisasi yang digunakan. Tujuan penggunaan berbagai
perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil
secara efisien.
7.
Proses Perubahan
Proses terjadinya suatu perubahan di dalam
organisasi meliputi enam tahap, hal ini diungkapkan oleh L.C. Megginson, Donald
C.M. dan Paul H.P.,Jr. seperti dikutip oleh T.Hani Handoko. Adapun tahap-tahap
tersebuat adalah sebagai berikut:
1) Tekanan dan Desakan.
Pada tahap ini
manajemen tingkat atas mulai merasakan adanya masalah, tekanan, desakan dan
kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan
produktivitas, volume penjualan dan laba, perputaran tenaga kerja tinggi dan
kalahnya persaingan produk dipasaran, dan sebagainya.
2) Intervensi dan Reorientasi.
Setelah merasakan
adanya tekanan dan desakan, para manajer mulai mencoba berusaha
menyelesaikannya dengan mencari dan menentukan serta merumuskan permasalahan,
untuk itu mereka biasanya menyewa seseorang atau beberapa konsultan atau bisa
juga pihak internal (karyawan perusahaan) sebagai pengantar perubahan.
3) Diagnosa dan Pengenalan Masalah.
Pada tahap ini
pengantar perubahan mulai mengumpulkan berbagai informasi (data), kemudian
menganalisanya. Masalah yang paling penting dikenali dan diperhatikan untuk
dipecahkan.
4) Penemuan dan Komitmen penyelesaian
Pada tahap ke empat
ini, pengantar perubahan dan merangsang pemikiran, kretivitas serta mulai
meninggalkan “metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan mtode-metode baru
yang lebih afektif. Begitu juga untuk penyesuaian dibuatlah rencana
program-program latihan, keterampilan, peningkatan wawasan, dll.
5) Percobaan dan Pencarian Hasil.
Setelah alternatif
terbaik untuk penyelesaian ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya diadakan
percobaan penerapannya untuk diketahui hasilnya.
6) Penguatan dan Penerimaan.
Pada tahap ini, setelah
penerapan program-program kegiatan dalam rangka penyesuaian dengan perubahan
ataupun pengembangannya telah berhasil dan sesuai dengan keinginan, maka
kegiatan untuk perubahan tersebut diusahakan harus diterima oleh para karyawan
dan menjadi penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada perubahan.
8.
Ciri – ciri Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi
yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan
strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki
sasaran
jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2.
Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi.
terjadi.
3.
Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan
semua satuan kerja dalam organisasi.
semua satuan kerja dalam organisasi.
4.
Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5.
Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang
utuh.
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang
utuh.
6.
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
9.
Metode
Pengembangan Organisasi
Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan sikap.
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu :
Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan sikap.
1. Metode Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu :
v Jaringan manajerial
Jaringan
manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu
metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini
dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan
akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan
orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian
tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
v Latihan Kepekaan
Merupakan
latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode
T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan
terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain.
Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi
disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus
mencapi tujuan.
v Pembentukan Tim
Merupakan
salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku
kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan
dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara
efektif dengan membentuk tim.
v Umpan Balik Survai
Adalah
suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi.
Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta
berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
2. Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
2. Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
- Latihan di tempat kerja
Latihan
kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi
untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang
diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena
para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan,
selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal
ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat
kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi
hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
- Latihan instruksi kerja
Terdiri
dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian
instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan
pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi
secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode Training (Latihan yang
berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang
berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari).
- Latihan di luar tempat kerja
Merupakan
latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan
ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami
materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama
mereka mengikuti latihan.
- Latihan di tempat kerja tiruan
Adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
- Latihan di tempat kerja tiruan
Adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
10. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang
bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
11. Tipe – tipe Kepemimpinan
1. Tipe Kepemimpinan
Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalisti
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalisti
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1)
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan,
(2)
mereka bersikap terlalu melindungi,
(3)
mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri,
(4)
mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif,
(5)
mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut
atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
(6)
selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau
terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan
Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat
mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah:
(1)
lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter,
kaku dan seringkali kurang bijaksana,
(2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
(3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan,
(4)
menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
(5)
tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
(6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan
Otokratis (Outhoritative, Dominator)
(1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2)
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3)
berambisi untuk merajai situasi,
(4)
setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
(5)
bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan,
(6)
semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi,
(7)
adanya sikap eksklusivisme,
(8)
selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9)
sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez
Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali
sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan
Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial
ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan
Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
12.
Teori – teori Kepemimpinan
Di
antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan
terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori Kejiwaan (Psychological Theory)
3. Teori Lingkungan (Ecological Theory)
Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :
1. Teori Keturunan
Inti daripada teori ini adalah :
a. Leaders are born not made.
b. Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam
kandungan.
c. Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul
c. Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul
menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.
2. Teori Kejiwaan.
a. Leaders are made and not born.
b. Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
c. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.
2. Teori Kejiwaan.
a. Leaders are made and not born.
b. Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.
c. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
a. Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.
b. Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah
memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui proses pendidikan yang
teratur
dan pengalaman.
c. Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
d. Teori yang mendekati kebenaran.
c. Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.
d. Teori yang mendekati kebenaran.
Teori
Kepemimpinan Berdasarkan Sifat
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.
• Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :
a. Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan
b. Peratuaran dan perundang – undangan
c. Pemindahan dan pengangkutan
d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan
e. Upacara – upacara dan adat kebiasaan.
f. Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan
g. Bertani dan pekerjaan lainnya.
• Empu Prapanca dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:
a. Wijana, sikap bijaksana
b. Mantri wira, sebagai pembela negara sejati
c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil
Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.
• Machiavelli
Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :
a. Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan
b. Peratuaran dan perundang – undangan
c. Pemindahan dan pengangkutan
d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan
e. Upacara – upacara dan adat kebiasaan.
f. Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan
g. Bertani dan pekerjaan lainnya.
• Empu Prapanca dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:
a. Wijana, sikap bijaksana
b. Mantri wira, sebagai pembela negara sejati
c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat.
d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
e. Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.
g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
h. Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang.
j. Disyacitra, Jujur terbuka.
k. Tancatrisan, tidak egoistis.
l. Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.
n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o. Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.
• Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :
a. Sifat matahari (surya) Yaitu:
- Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.
- Menjadi penerang selurah rakyat.
- Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
b. Sifat bulan (candra) yaitu:
- Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)
- Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan
d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.
e. Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).
f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.
g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.
h. Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.
i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang.
j. Disyacitra, Jujur terbuka.
k. Tancatrisan, tidak egoistis.
l. Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.
n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o. Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.
• Ajaran Hasta Brata.
Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :
a. Sifat matahari (surya) Yaitu:
- Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.
- Menjadi penerang selurah rakyat.
- Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
b. Sifat bulan (candra) yaitu:
- Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)
- Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan
tugas masing- masing.
c. Sifat Bintang (kartika) yaitu:
- Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
d. Sifat Awan yaitu :
- Dapat menciptakan kewibawaan
- Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
e. Sifat Bumi yaitu:
- Ucapanya sederhana.
- Teguh, dan kokoh pendiriannya.
f. Sifat Samudera,yaitu:
- Mempunyai pandangan yang luas
- Membuat rakyat seia sekata.
g. Sifat Api (Agni) yaitu:
- Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.
h. Sifat Angin (Bayu) yaitu :
- Terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
- Bersikap adil terhadap siapa pun.
• The Traits and abilities
c. Sifat Bintang (kartika) yaitu:
- Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan
d. Sifat Awan yaitu :
- Dapat menciptakan kewibawaan
- Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
e. Sifat Bumi yaitu:
- Ucapanya sederhana.
- Teguh, dan kokoh pendiriannya.
f. Sifat Samudera,yaitu:
- Mempunyai pandangan yang luas
- Membuat rakyat seia sekata.
g. Sifat Api (Agni) yaitu:
- Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.
h. Sifat Angin (Bayu) yaitu :
- Terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.
- Bersikap adil terhadap siapa pun.
• The Traits and abilities
Theory
yang dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan
terdapat relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status,
participation, responsibility,achievement).
Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku
Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.
Ada beberapa tipe kepemimpinan.
1. Tipe Otoriter
Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin
b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .
2. Tipe Demokratis
a. Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .
b. Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas
diserahkan kepada kelompok .
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .
3. Tipe Semuanya
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .
3. Tipe Semuanya
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan
kebijaksanaan maupun keputusan .
b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .
b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar